Enron Mega Scandal
Bangkrutnya
Enron tidak lagi semata-mata dilihat sebagai sebuah kegagalan bisnis, melainkan
sebuah skandal yang multidimensional, yang melibatkan politisi dan pemimpin
terkemuka di Amerika Serikat.
Dalam waktu
sangat singkat perusahaan yang tahun 2001 masih membukukan pendapatan US$ 100
miliar, sekonyong-konyong harus melaporkan kebangkrutannya kepada otoritas
pasar modal. Sebagai entitas bisnis, nilai kerugian Enron diperkirakan mencapai
US$ 50 miliar. Sementara itu, pelaku pasar modal kehilangan US$ 32 miliar dan
ribuan pegawai Enron harus menangisi amblasnya simpanan dana pensiun mereka tak
kurang dari US$ 1 miliar karena manajemen Enron menanamkan dana tabungan
karyawan itu untuk membeli sahamnya sendiri.
Saham Enron
yang pada Agustus 2000 masih berharga US$ 90 per lembar, terjerembab jatuh
hingga tidak lebih dari US$ 45 sen. Tidak heran kalau banyak kalangan menyebut
peristiwa ini sebagai kebangkrutan terbesar dalam sejarah bisnis Amerika
Serikat. Sedemikian hebohnya, sampai-sampai seluruh media bisnis dan ekonomi
terkemuka menempatkannya sebagai cover story.
Dalam proses
pengusutan sebab-sebab kebangkrutan, belakangan Manajemen Enron diketahui telah
melakukan praktek window dressing, memanipulasi angka-angka laporan keuangan
agar kinerjanya tampak baik. Ia juga diketahui telah menggelembungkan (mark up)
pendapatannya US$ 600 juta dan menyembunyikan utangnya sejumlah US$ 1,2 miliar
dengan teknik off-balance sheet.
Menggelembungkan
nilai pendapatan dan menyembunyikan utang senilai itu tentulah tidak bisa
dilakukan sembarang orang. Diperlukan keahlian khusus dari para profesional yang bekerja pada atau
disewa oleh Enron untuk menyulap angka-angka, sehingga selama bertahun-tahun
kinerja keuangan perusahaan ini tampak tetap mencorong. Dengan kata lain, telah
terjadi sebuah kolusi tingkat tinggi antara manajemen Enron, analis keuangan,
para penasihat hukum, dan auditornya. Belakangan diketahui bahwa auditor Enron,
Arthur Andersen kantor Hudson, telah ikut membantu proses rekayasa keuangan
tingkat tinggi itu.
Kontroversi
lainnya adalah mundurnya beberapa eksekutif terkemuka Enron dan “dipecatnya
sejumlah partner Andersen. Terbongkar juga kisah pemusnahan ribuan surat elektronik dan dokumen
lainnya yang berhubungan dengan audit Enron oleh petinggi di firma audit Arthur
Andersen. Kini, Arthur Andersen sedang berjuang keras menghadapi serangan
bertubi-tubi, bahkan berbagai tuntutan di pengadilan. Diperkirakan tidak kurang
dari $32 miliar harus disediakan Arthur Andersen untuk dibayarkan kepada para
pemegang saham Enron yang merasa dirugikan karena auditnya yang tidak benar.
Belakangan, salah satu mantan petinggi Enron tewas bunuh diri karena tak tahan
menghadapi tekanan yang bertubi-tubi.
Komplikasi
skandal ini bertambah karena belakangan diketahui banyak sekali pejabat tinggi
gedung putih dan politisi di Senat Amerika Serikat yang pernah menerima kucuran
dana politik dari perusahaan ini. 70% senator, baik dari Partai Repubik maupun
Partai Demokrat, pernah menerima dana politik. Dalam komite yang membidangi
energi, 19 dari 23 anggotanya juga termasuk yang menerima sumbangan dari
perusahaan itu.
Sementara itu, tercatat 35 pejabat penting
pemerintahan George W.Bush merupakan pemegang saham Enron, yang telah lama merupakan
perusahaa publik. Dalam
daftar perusahaan penyumbang dana politik, Enron tercatat menempati peringkat
ke-36, dan penyumbang peringkat ke-12 dalam penggalangan dana kampanye Bush.
Akibat pertalian semacam itu, banyak orang curiga pemerintahan Bush dan para
politisi telah dan akan memberikan perlakuan istimewa, baik dalam bisnis Enron
selama ini maupun dalam proses penyelamatan perusahaan itu.
Mengingat begitu
besarnya cakupan bisnis Enron bahkan dalam skala global, skandal Enron ini
tidak dapat dikatakan tidak memberikan pengaruh untuk Indonesia. Banyak lembaga
keuangan internasional yang ikut menderita kerugian akibat bangkrutnya Enron
ini.
Di Amerika
Serikat yang menerapkan standar transparansi sangat ketat sekalipun, banyak
pihak masih kecolongan. Perusahaan-perusahaan yang sahamnya diperdagangkan di
pasar modal diharuskan memenuhi persyaratan pembeberan (disclosure) yang luar
biasa ketat. Karena itu, bangkrutnya Enron yang diduga melakukan window
dressing merupakan kasus yang mempermalukan banyak pihak; bukan saja otoritas
pasar modal, tapi juga kaum professional, politisi, hingga presiden.
Meskipun
bangkrutnya sebuah usaha menjadi tanggung jawab banyak pihak, dalam
kedudukannya sebagai auditor, tanggung jawab Arthur Andersen dalam kasus Enron
sangatlah besar. Berbeda
dengan profesi lainnya, auditor independen bertanggung jawab memberikan
assurance services. Sementara manajeman, dibantu pengacara, penasihat keuangan,
dan konsultan, menyajikan informasi keuangan, akuntan publik bertugas menilai
apakah informasi keuangan itu dapat dipercaya atau tidak. Laku tidaknya
informasi tentang kinerja suatu perusahaan sangat bergantung pada hasil
penilaian akuntan publik itu. Kata “publik” yang menyertai akuntan
menunjukkan bahwa otoritasnya diberikan oleh publik dan karena itu
tanggung jawabnya pun kepada publik (guarding public interest).
Sementara
itu, kata “wajar tanpa pengecualian”, yang menjadi pendapat akuntan publik,
mengandung makna bahwa informasi keuangan yang telah diauditnya layak dipercaya,
tidak mengandung keragu-raguan. Karena itu, dalam menjalankan audit, akuntan wajib mendeteksi
kemungkinan kecurangan dan kekeliruan yang material. Kalau saja auditor Enron
bekerja dengan penuh kehati-hatian (due professional care), niscaya manipulasi
yang dilakukan manajemen dapat dibongkar sejak dulu dan kerugian yang lebih
besar dapat dicegah lebih dini. Buktinya, Watskin dengan mudah dapat menemukan
manipulasi itu.
Semua organisasi,
apapun jenis, bentuk, skala operasi dan kegiatannya memiliki risiko terjadinya fraud
atau kecurangan. Fraud atau kecurangan tersebut, selain memberi
keuntungan bagi pihak yang melakukannya, membawa dampak yang cukup fatal,
seperti misalnya hancurnya reputasi organisasi, kerugian organsisasi, kerugian
keuangan Negara, rusaknya moril karyawan serta dampak-dampak negatif lainnya.
Untuk melakukan pencegahan, setidaknya ada tiga upaya yang
harus dilakukan yaitu (1) membangun individu yang didalamnya terdapat trust
and openness, mencegah benturan kepentingan, confidential disclosure
agreement dan corporate security contract. (2) Membangun sistem
pendukung kerja yang meliputi sistem yang terintegrasi, standarisasi kerja,
aktifitas control dan sistem rewards and recognition. (3) membangun
sistem monitoring yang didalamnya terkandung control self sssessment,
internal auditor dan eksternal auditor.
SKANDAL AKUNTANSI $11 MILIAR FANNIE
MAE
Setelah manipulasi Enron, Tyco, WorldCom, Xerox dan yang
lainnya, Amerika juga dikejutkan dengan skandal akuntansi di lembaga pembiayaan
perumahan terbesar Fannie Mae. Motif dari skandal ini adalah memperkaya diri
sendiri dengan kompensasi besar-besaran.
Selama
bertahun-tahun, raksasa pembiayaan perumahan (mortgage) Fannie Mae mencatat
pertumbuhan pendapatan double digit secara konsisten. Kinerja ini disambut
dengan antusias oleh pelaku bursa saham di Wallstreet. Selama 5 tahun yang
berakhir Agustus 2005, harga saham Fannie Mae melonjak 20% secara kumulatif
versus penurunan 16% dari indeks S&P 500. Artinya, pada saat rata-rata
harga saham 500 perusahaan terbesar Amerika mengalami penurunan 16%, harga
saham Fannie Mae malah positif dan naik cukup tinggi (20%).
Board of Directors Fannie Mae mengganjar CEO Franklin Raines
dengan bonus besar. Raines mendapatkan penghasilan ± $90 juta dari 1999 hingga
2003, di mana $52 juta di antaranya berasal dari rencana insentif jangka
panjang yang menjamin kompensasi (guaranteed compensation) bernilai besar jika
perusahaan berhasil mewujudkan kinerja tertentu, misalnya pertumbuhan
pendapatan tahunan sebesar 15%.
September 2005, regulator federal Amerika menemukan
kejanggalan akuntansi di perusahaan itu, sehingga menyebabkan munculnya
kelebihan laba (profit) miliaran dolar selama periode 2001 hingga Juni 2004. Raines
dipaksa untuk pensiun dini bulan Desember 2005, dan harga saham Fannie anjlok
20% selama 6 bulan terakhir.
Atas temuan
regulator federal Amerika tentang kejanggalan akuntansi, pada Desember 2004
Fannie Mae memecat KPMG. KPMG merupakan auditor yang telah menangani Fannie Mae
lebih dari 30 tahun. Selain itu KPMG juga dituntut oleh Fannie Mae sebesar $2
miliar dengan tuduhan telah lalai dalam memainkan peranannya sebagai “watchdog”
dan lalai mencegah miliaran dolar dari kesalahan akuntansi.
Fannie Mae menyatakan bahwa setidaknya 30 kebijakan dan praktek akuntansi yang telah disetujui oleh KPMG ternyata tidak sesuai dengan GAAP.
Fannie Mae menyatakan bahwa setidaknya 30 kebijakan dan praktek akuntansi yang telah disetujui oleh KPMG ternyata tidak sesuai dengan GAAP.
Merasa telah melakukan pekerjaan auditnya sesuai dengan
prosedur, KPMG menggugat balik Fannie Mae. Gugatan
berisi bahwa Fannie Mae telah memberikan informasi yang salah.
Atas kasus
manipulasi akuntansi tersebut, Fannie Mae didenda oleh regulator Amerika
sebesar $400 juta. Regulator Amerika juga menemukan bahwa selain CEO Franklin
Raines, ada juga CFO Timothy Howard dan controller Leanne Spencer yang telah
memanipulasi penghasilan Fannie Mae untuk memaksimalkan bonus mereka. Akhirnya
mereka dikenai sanksi oleh pengadilan untuk mengganti bonus yang mereka terima
dari 1998-2004 sebesar lebih dari $115 juta dan dikenai denda sebesar $100 juta
atas skandal akuntansi yang telah mereka lakukan.
Saat ini regulator Amerika melalui The Public Company
Accounting Oversight Board (PCAOB) telah menyelidiki pekerjaan KPMG atas audit
Fannie Mae. Sejauh ini SEC selaku regulator finansial Amerika mengatakan bahwa
Fannie Mae tidak mematuhi standar Amerika antara tahun 2001 sampai pertengahan
2004.
Ada dua kemungkinan yang terjadi terhadap kasus di atas,
yaitu adanya ketidaksengajaan auditor dalam proses audit atau auditor sengaja
melakukan hal itu.
Ketidaksengajaan akuntan dalam proses audit bisa terjadi
karena pada dasarnya tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen
pada umumnya adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam semua
hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus
kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku. Jadi, apabila setelah
melakukan semua prosedur audit ternyata auditor tidak menemukan/mendeteksi
adanya kesalahan, maka auditor tidak bisa dipersalahkan.
Apabila auditor memang sengaja melakukan hal itu, misalnya
dengan “bekerja sama” dengan manajemen, maka bisa dikatakan bahwa auditor telah
melanggar prinsip dasar dari profesi akuntan, yaitu independensi, integritas
dan objektivitas.
Meskipun bangkrutnya sebuah usaha menjadi tanggung jawab
banyak pihak, dalam kedudukannya sebagai auditor, tanggung jawab KPMG sangat
besar. Berbeda dengan profesi lainnya, auditor independen bertanggung jawab
memberikan assurance services. Sementara manajeman, dibantu pengacara,
penasihat keuangan, dan konsultan, menyajikan informasi keuangan, akuntan
publik bertugas menilai apakah informasi keuangan itu dapat dipercaya atau
tidak. Laku tidaknya informasi tentang kinerja suatu perusahaan sangat
bergantung pada hasil penilaian akuntan publik itu. Kata “publik” yang
menyertai akuntan menunjukkan bahwa otoritasnya diberikan oleh publik dan
karena itu tanggung jawabnya pun kepada publik (guarding public interest).
Sementara itu, kata “wajar tanpa pengecualian”, yang menjadi
pendapat akuntan publik, mengandung makna bahwa informasi keuangan yang telah
diauditnya layak dipercaya, tidak mengandung keragu-raguan. Karena itu, dalam
menjalankan audit, akuntan wajib mendeteksi kemungkinan kecurangan dan
kekeliruan yang material. Kalau saja auditor bekerja dengan penuh kehati-hatian
(due professional care), niscaya manipulasi yang dilakukan manajemen dapat
dibongkar sejak dulu dan kerugian yang lebih besar dapat dicegah lebih dini.
Semua organisasi,
apapun jenis, bentuk, skala operasi dan kegiatannya memiliki risiko terjadinya fraud
atau kecurangan. Fraud atau kecurangan tersebut, selain memberi
keuntungan bagi pihak yang melakukannya, membawa dampak yang cukup fatal,
seperti misalnya hancurnya reputasi organisasi, kerugian organsisasi, kerugian
keuangan Negara, rusaknya moril karyawan serta dampak-dampak negatif lainnya.
Untuk melakukan pencegahan, setidaknya ada tiga upaya yang
harus dilakukan yaitu (1) membangun individu yang didalamnya terdapat trust
and openness, mencegah benturan kepentingan, confidential disclosure
agreement dan corporate security contract. (2) Membangun sistem
pendukung kerja yang meliputi sistem yang terintegrasi, standarisasi kerja,
aktifitas control dan sistem rewards and recognition. (3) membangun
sistem monitoring yang didalamnya terkandung control self sssessment,
internal auditor dan eksternal auditor.
KASUS BRIGHT AND LORENZ
Frank Dorrance, seorang manajer
audit senior Bright and Lorren, CPA, baru saja diinformasikan bahwa perusahaan
berencana untuk mempromosikannya menjadi rekanan pada 1 atau 2 tahun ke depan
bila ia terus memperlihatkan tingkat mutu yang tinggi sama seperti masa
sebelumnya. Baru saja Frank ditugaskan untuk mengaudit “Machine International”,
sebuah perusahaan grosir besar yang mengirimkan barang ke seluruh dunia yang
merupakan klien Bright and Lorren yang bergengsi. Selama audit, Frank
memperkirakan bahwa Machine International menggunakan metode pengenalan
pendapatan yang disebut “tagih dan tahan” yang baru saja dipertanyakan oleh SEC
Setelah banyak melakukan riset,
Frank menyimpulkan bahwa metode pengenalan pendapatan tidaklah tepat untuk
Machine International. Ia membahas hal ini dengan rekanan penugasan yang
menyimpulkan bahwa metode akuntansi itu telah digunakan selama lebih dari 10
tahun oleh klien dan ternyata tepat. Frank berkeras bahwa metode tersebut tepat
pada tahun sebelumnya tetapi peraturan SEC membuatnya tidak tepat tahun ini
Frank menyadari tanggung jawab rekan
itu untuk membuat keputusan akhir, tetapi ia merasa cukup yakin untuk
menyatakan bahwa ia merencanakan untuk mengikuti persyaratan SAS 22 (AU 311)
dan menyertakan sebuah pernyataan dalam kertas kerja bahwa ia tidak setuju
dengan keputusan rekannya.
Rekan itu memberitahukan Frank bahwa
ia tidak akan mengizinkan pernyataan demikian karena potensi implikasi hukum.
Namun, ia mau menulis sebuah surat kepada Frank yang menyatakan bahwa ia
mengambil tanggung jawab penuh untuk keputusan akhir bila timbul suatu
permasalahan hukum. Ia menutupnya dengan mengatakan, “Frank, rekan
harus bertindak seperti rekan. Bukan seperti meriam lepas yang berusaha membuat
hidup menjadi sulit bagi rekan mereka. Anda masih harus berkembang sebelum saya
merasa nyaman dengan anda sebagai rekan.”
Pada kasus di atas, kita dapat
menggunakan pendekatan enam langkah untuk menyelesaikan dilema etis tersebut,
antara lain:
a)
Terdapat
fakta-fakta yang relevan
Dalam
kasus ini, fakta-fakta tersebut adalah:
• Metode
pengenalan pendapatan yang digunakan Machine International merupakan metode yang
dipertanyakan oleh pihak SEC.
• Setelah
melakukan riset, Frank menemukan bahwa metode tersebut tidak sesuai bagi
Machine Internatioal. Frank mengetahui bahwa metode tersebut memang tepat pada
tahun sebelumnya tetapi peraturan SEC membuatnya tidak tepat tahun ini.
• Frank
merencanakan untuk mengikuti persyaratan SAS 22 (AU 311) dan menyertakan sebuah
pernyataan dalam kertas kerja bahwa ia tidak setuju dengan keputusan rekannya
• Rekannya
meminta Frank agar sependapat dengan dirinya untuk menyetujui penggunaan metode
tersebut karena metode tersebut telah digunakan selama bertahun-tahun dan
diyakini ketepatannya. Rekannya menawarkan surat pernyataan bahwa bila terjadi
suatu permasalahan hukum, maka ia mengambil tanggung jawab penuh akan hal tersebut.
b) Mengidentifikasi
isu-isu etika berdasarkan fakta-fakta tersebut.
Isu etika
dari dilema tersebut apakah merupakan hal yang etis bagi Frank untuk
mengeluarkan pernyataan bahwa ia tidak setuju dengan keputusan rekannya
mengingat rekan merupakan orang yang membuat keputusan akhir serta berada di
atas kedudukannya saat ini sebagai manajer senior.
c) Menentukan
siapa yang akan terkena pengaruh dari keluaran dilema tersebut dan bagaimana
cara masing-masing pribadi atau kelompok itu dipengaruhi. Dari kasus tersebut,
dapat kita ketahui bahwa siapa, bagaimana cara mempengaruhi Frank agar
sependapat dengan rekannya bahwa metode pengenalan pendapatan yang digunakan
oleh Machine International adalah metode yang tepat, dan agar Frank menerima
surat penawaran dari rekannya bahwa rekannya yang bertanggung jawab penuh jika
terjadi masalah hukum.
d) Menentukan
alternatif-alternatif yang tersedia bagi
Frank
1)
Menolak untuk sependapat dengan
rekannya
2) Menolak surat penawaran yang
ditawarkan rekannya
3)
Memberitahu Machine International
bahwa metode yang digunakan tidak sesuai dengan SEC
4)
Menyetujui pendapat dan tawaran surat
pertanggung jawaban dari rekannya
5) Meminta agar rekannya mematuhi aturan
yang terdapat pada SEC
6)
Menolak
untuk melakukan kegiatan penugasan tersebut
7)
Mengundurkan
diri dari perusahaan
e) Konsekuensi
dari setiap alternatif
Jika
ia menyetujui pendapat dan tawaran surat pertanggungjawaban dari rekannya
kemungkinan hal ini dapat berpengaruh besar bagi hasil audit ini nantinya. Jika timbul permasalahan hukum maka
hal ini dapat membuat perusahaanya (Bright and Lorren, CPA), rekannya, dan ia
sendiri dituntut oleh kliennya karena melakukan kesalahan selama pelaksanaan
audit.
f) Tindakan
yang tepat keputusan sepenuhnya berada ditangan Frank, tentunya ia harus
mempertimbangkan masak-masak akan dilema yang dihadapinya saat ini. Secara
ekstrim, jika ia tetap menjunjung akan SPAP dan PSAK maka ia akan tetap
menuliskan ketidaksetujuannya akan keputusan rekannya dalam menangani kasus
tersebut, mengingat metode akuntansi yang digunakan klien tidaklah sesuai
dengan aturan yang diberikan SEC. Namun, jika ia menyetujui pendapat rekannya
maka kemungkinan ia akan memperoleh kedudukannya sebagai rekan yang akan ia
peroleh 1 atau 2 tahun ke depan serta adanya pandangan bahwa ia telah
menunjukkan sikap menghargai dan menghormati keputusan rekannya. Sementara di
satu pilihan lainnya Frank dapat memilih untuk tidak melakukan kegiatan
penugasan tersebut melihat adanya risiko yang cukup besar pada hasil auditnya
nanti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar